Jakarta, 11 Oktober 2025 — Publik tengah ramai membicarakan dugaan kandungan etanol BBM Pertamina, khususnya Pertalite. Isu ini mencuat seiring dengan rencana pemerintah menerapkan mandat bahan bakar E10, yaitu bensin dengan campuran 10% etanol. Namun, benarkah Pertalite sudah dicampur etanol? Artikel ini akan membedah fakta, klarifikasi resmi, hingga dampak kebijakan E10 terhadap industri dan masyarakat Indonesia.
[ Baca Juga: Cara Mudah Cek Kandungan Ethanol pada Bensin dengan air ]
⚡ Apa Itu Etanol dan Mengapa Digunakan pada BBM?

Etanol adalah senyawa alkohol yang berasal dari fermentasi bahan nabati seperti tebu, singkong, atau jagung. Di dunia energi, etanol digunakan sebagai bahan bakar campuran (bioetanol) untuk menurunkan emisi karbon dan mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak mentah.
Di Indonesia, konsep ini diwujudkan dalam produk Pertamax Green 95, yang mengandung 5% etanol (E5). Sedangkan Pertalite hingga kini masih tanpa etanol, sesuai klarifikasi Pertamina Patra Niaga pada awal Oktober 2025.
🔍 Klarifikasi Resmi Pertamina: Pertalite Tidak Dicampur Etanol
Pertamina Patra Niaga menegaskan bahwa Pertalite tidak mengandung etanol.
Menurut Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, seluruh distribusi Pertalite tetap mengikuti spesifikasi RON 90 murni tanpa campuran bioetanol.
Pernyataan ini sekaligus membantah isu viral di media sosial yang menampilkan uji laboratorium fiktif atau hasil pencampuran mandiri oleh masyarakat. Beberapa media nasional seperti CNBC Indonesia dan Kompas juga menegaskan bahwa isu tersebut hoaks dan tidak sesuai fakta lapangan.
Kesimpulan: Pertalite tetap bensin konvensional tanpa campuran etanol. Sementara produk yang mengandung etanol hanyalah Pertamax Green 95 (E5).
🧭 Produk Pertamina yang Mengandung Etanol
| Produk | RON | Kandungan Etanol | Status |
|---|---|---|---|
| Pertalite | 90 | 0% | Tidak mengandung etanol |
| Pertamax | 92 | 0% | Tidak mengandung etanol |
| Pertamax Green 95 | 95 | 5% (E5) | Mengandung bioetanol |
| Pertamax Turbo | 98 | 0% | Tidak mengandung etanol |
Pertamax Green 95 menjadi langkah awal Pertamina menuju transisi energi hijau, sebagai bukti kesiapan terhadap kebijakan E10 yang akan diterapkan secara bertahap mulai 2027–2028.
🏛️ Kebijakan E10 Disetujui Pemerintah: Langkah Menuju Transisi Energi
Presiden Prabowo Subianto secara resmi menyetujui mandat E10 (campuran 10% etanol dalam bensin) pada awal Oktober 2025.
Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi Net Zero Emission 2060 dan pengurangan impor minyak mentah.
Menurut Menteri ESDM, penerapan E10 akan dilakukan bertahap selama 2–3 tahun ke depan, dengan prioritas pada kota-kota besar dan jaringan SPBU Pertamina yang sudah siap secara infrastruktur.
“E10 bukan sekadar kebijakan hijau, tapi juga langkah kemandirian energi nasional,” ujar Menteri ESDM dalam konferensi pers di Jakarta (8 Oktober 2025).
⚙️ Tantangan Penerapan BBM Etanol (E10)
Meski inovatif, penerapan etanol dalam BBM menghadapi beberapa kendala besar:
-
Pasokan Etanol Terbatas
Produksi etanol domestik belum mencukupi kebutuhan nasional, sehingga perlu investasi baru di sektor tebu dan singkong. -
Harga Produksi Lebih Tinggi
Harga HIP (Harga Indeks Pasar) etanol lebih tinggi dibanding bensin impor, berpotensi membuat harga E10 meningkat tanpa insentif fiskal. -
Kesiapan Infrastruktur & Logistik
Distribusi etanol memerlukan tangki penyimpanan dan pipa khusus untuk menghindari kontaminasi air (karena etanol bersifat higroskopis). -
Kekhawatiran Publik terhadap Mesin Kendaraan
Sebagian masyarakat khawatir E10 dapat merusak mesin. Namun, pakar IPB University menjelaskan bahwa kendaraan modern kompatibel hingga E10, asalkan penyimpanan BBM memenuhi standar mutu.
⚗️ Dampak Etanol terhadap Mesin dan Konsumsi BBM
Etanol memiliki nilai kalor lebih rendah dibanding bensin. Artinya, energi yang dihasilkan per liter sedikit lebih kecil. Namun, untuk campuran rendah (E5–E10), efeknya sangat kecil dan hampir tidak dirasakan pengguna kendaraan.
Beberapa manfaat penggunaan etanol antara lain:
-
Membantu pembakaran lebih sempurna.
-
Menurunkan emisi karbon monoksida (CO).
-
Meningkatkan oktan bahan bakar, sehingga mesin bekerja lebih efisien.
Dengan catatan, penggunaan harus sesuai rekomendasi pabrikan kendaraan yang mendukung BBM dengan kandungan etanol.
🌾 Industri Bioetanol Indonesia: Antara Potensi dan Tantangan
Pemerintah menargetkan produksi etanol nasional mencapai 1 juta kiloliter per tahun.
Sejumlah perusahaan BUMN dan swasta tengah menyiapkan investasi di sektor bioetanol berbasis tebu dan singkong — seperti proyek di Merauke, Lampung, dan Mojokerto.
Tantangan utamanya adalah persaingan dengan sektor pangan, karena bahan baku etanol (molase dan singkong) juga digunakan dalam industri makanan.
📊 Respons Industri Otomotif
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan bahwa sebagian besar mobil keluaran 2010 ke atas sudah kompatibel dengan E10, terutama yang memiliki standar emisi Euro 4.
Pabrikan Jepang dan Eropa pun telah menyiapkan model kendaraan yang mampu menggunakan BBM dengan campuran etanol hingga E20 (20%) tanpa masalah berarti.
[ Baca Juga: Jenis dan Tahun Motor yang Tidak Dapat Menggunakan BBM dengan Etanol ]
📈 Prospek dan Masa Depan BBM Etanol
Kebijakan E10 dinilai positif untuk:
-
Mengurangi emisi karbon nasional hingga 6–10%.
-
Meningkatkan ketahanan energi nasional.
-
Mendorong investasi sektor biofuel dan pertanian.
Namun, efektivitasnya sangat tergantung pada insentif harga etanol, infrastruktur distribusi, dan edukasi publik agar tidak terjadi disinformasi seperti isu “Pertalite campur etanol”.
📚 Kesimpulan
Isu “Pertalite dicampur etanol” terbukti tidak benar.
Hanya Pertamax Green 95 yang menggunakan campuran etanol 5% (E5).
Kebijakan E10 memang sudah disetujui pemerintah, tetapi belum diterapkan di lapangan hingga 2027–2028 mendatang.
Langkah ini menjadi bagian dari visi transisi energi bersih dan pengurangan emisi nasional, sekaligus membuka peluang besar bagi industri bioetanol Indonesia.
